Sejarah Penyebab Revolusi Belgia Hingga Mendapatkan Kemerdekaan
Sejarah revolusi Belgia diawali pemberontakan 25 Agustus 1830 di Brussels. Lalu berhasil merdeka pada 1831 setelah Napoleon Bonaparte mengalami kekalahan. Tapi diserahkan ke Belanda dan ada rencana unifikasi walaupun gagal.
Banyak hal yang merugikan warga Belgia karena diwajibkan hanya menggunakan bahasa Belanda. Walau pendidikan gratis, tapi ajaran Katolik menghilang. Kemajuan ekonomi hanya pada kelompok kaya, ditambah pajaknya sangat tinggi.
Penyebab dan Konsekuensi Sejarah Revolusi Belgia
Kebangkitan Belgia terbentuk karena melakukan revolusi terhadap Belanda. Apalagi awalnya Belanda selalu memimpin serta menguasai segalanya sehingga menyulitkan. Tentu terlalu dominan sehingga tidak dapat bergerak bebas.
Berjalannya sejarah revolusi Belgia dilakukan agar perekonomian, institusi sosial hingga politik bisa diberlakukan sendiri. Belgia tidak memiliki pengaruh sama sekali. Perekonomian dikuasai lebih dari setengah untuk Belanda.
Terlebih ditambah dengan rajanya sebenarnya adalah orang Belanda. Tapi tinggal di Belanda sehingga tidak mendengarkan keluh kesah orang Belgia. Alasan karena perbedaan agama juga menjadi penyebab kenapa revolusi harus dilakukan.
Revolusi Walloon Baldia dipimpin langsung kaum borjuis beserta kelas menengah Prancis. Tujuannya agar bisa segera mendapatkan kemerdekaan. Pendorong seperti hak inisiatif sebagai pengusul Undang Undang raja diharapkan dapat bekerja.
Dorongan semakin besar karena kebanyakan warga lokal beragama Katolik. Raja William beserta rakyat Belanda kebanyakan merupakan penganut Protestan garis keras. Akhirnya menjadi tidak tertib dan penuh dengan kekerasan.
Dampak sejarah revolusi Belgia muncul pada 1830 untuk penutur bahasa Prancis. Bahasa Prancis menjadi bahasa resmi sedangkan Belanda tidak dipakai lagi. Revolusi industri juga mulai terjadi dan diawali di Walloon.
Hal ini mengikuti tuntutan Flemish kesetaraan pada 1980. Pemerintah sementara selanjutnya dibentuk di Brussels dan diikuti deklarasi kemerdekaan pada 4 Agustus. Lalu pada 7 Februari 1831, dibentuklah konferensi nasional.
Hal ini menyebabkan konstitusi diproklamasikan sehingga kemerdekaan dicapai. Pengakuan kemerdekaannya adalah 1931 dengan Perjanjian London. 4 Oktober 1830 menjadi tanggal kemerdekaan sesuai dengan pemberontakan dari Belanda.
Belgia ditahun 1830-1908 dan Saat Perang Dunia
Dalam sejarah revolusi Belgia, terdapat konferensi diplomatik masa depan negara di London. Tepatnya pada 4 November di mana Leopold I menjadi raja pertama (1831-1865). Lalu digantikan putranya, Leopold II (1865-1909).
Sebenarnya karena kepemimpinan kedua raja tersebut, mendapatkan kekuatan industri. Apalagi berusaha mengamankan kemandirian ekonomi serta mendorong ekspedisi kolonial. Tapi sebenarnya masih kesulitan hingga akhir abad ke-19.
Selanjutnya Leopold II mengirim Henry Stanley menuju lembah Kongo. Selanjutnya membuat perjanjian bersama kepala daerah sehingga konfederasi negara bagian diperoleh. Tapi awalnya pemerintah dan parlemen tidak ada keterlibatan.
Leopold II menjadi penghuni pertama Afrika Tengah serta memegang posisi kuat pada 1884. Pada 1885, tuntutan dipenuhi sehingga menjadi kepala negara Kongo. Selanjutnya pada tahun 1908, Kongo dialihkan untuk Belgia.
Sementara itu dalam sejarah revolusi Belgia, ikut serta dalam perang dunia. Kebanyakan negara menginginkannya netral setelah merdeka. Tapi tidak tinggal diam dan mengirim pasukan ke Jerman pada Perang Dunia I.
Pasukan tersebut dipimpin Raja Albert (1909-1934), tapi bukan tandingan Jerman. Untungnya masih bisa menghancurkan wilayah Yser yang diduduki Jerman. Bertahun-tahun setelah perang mengalami kesulitan karena krisis ekonomi.
Dalam Perang Dunia II, Jerman menyerbu. Leopold II menyerah dan digantikan Leopold III sebelum turun tahta untuk Baudouin I hingga 1993. Pada 9 Agustus 1993, Albert II menjadi raja keenam.
Selanjutnya muncul banyak masalah antar komunitas sehingga dilakukanlah reformasi negara bagian. Lalu mengubahnya sebagai negara federal. Kemudian bergabung dengan PBB sehingga melakukan banyak pelayanan perdamaian dunia.
Gerakan Flemish dan Konsep Buffer State di Belgia
Pada sejarah revolusi Belgia, kaum Walloon mendapatkan keuntungan dari sosial, politik hingga ekonomi. Bahkan disebut melakukan penindasan selama puluhan tahun terhadap kaum Flemish. Tapi mulai menemukan peluang untuk keseteraan.
Hal ini mulai cerah terutama setelah Perang Dunia I. Perjuangan hak universal lebih longgar dan terstruktur serta menguat karena didukung Jerman. Penjajah Jerman mendukung pemisahan Belgia dari Belanda karena manfaatnya.
Kemudian mengizinkan praktek bahasa Flemish di tempat umum termasuk sekolah atau kantor. Bahkan diizinkan memiliki partai politik sendiri. Artinya semakin kuat posisinya sehingga kesetaraan yang diinginkan banyak tercapai.
Dalam sejarah revolusi Belgia, setelah perang selesai Raja Albert membiarkan hak kesetaraan tersebut tetap ada. Tapi sebenarnya mengizinkannya secara terpaksa. Mulai saat itu, bangsa Flemish sudah setara dengan bangsa Walloon.
Perkembangan Belgia semakin baik sehingga menjadi bangsa yang diakui dunia. Ibukotanya yaitu Brussels menjadi lokasi strategis bagi Eropa Barat. Bahkan digunakan sebagai markas Uni Eropa, NATO, WCO dan sebagainya.
Selain itu menganut konsep buffer state sehingga menyeimbangkan kekuatan Eropa abad ke-18. Tentu mengurangi permusuhan dari negara besar. Alasan lainnya digunakan yaitu karena konflik dengan Kekaisaran Prancis pada abad ke-19.
Penyelenggaraan konferensi Wina 1815 menjadi awal kesepakatan penggabungan negara besar. Sebagai negara yang dulunya Belanda Selatan, pemberontakan membuahkan hasil baik. Terutama karena lebih maju dan berkembang setelahnya.
Wilayahnya bagian dikenal memiliki kebudayaan maupun kehidupan sosial berbeda dari Belanda. Gejolak dan perseteruan berhasil diatasi sebagai negara netral. Perdamaian sukses dicapai walaupun sejarah revolusi Belgia termasuk sulit.